oleh
: kang Imam Al-Jabluk
Anna,
Laksa pucuk perdu Camellia
Ditiup lembutnya desir pawana
Menyentuh sejuk rambutku yang kusut
Menghempas bias kerudungmu yang kontras
Kubiarkan asmara merantai membaja
Hingga kerasnya tak dapat lagi ku tempa
Menjadikannya jeruji, lapir bertali
Kala kembara meniti elegi
Telah ku gagahi rimbanya hutan
Telah ku renangi bentangnya
lautan
Namun di sisi sepi aku ketakutan
Akan jawaban yang belum aku tanyakan
Bagaimana mungkin dapat ku usir
Akan seraut wajah yang selalu menyapaku ramah
Yang tersenyum anggun menatapku santun
Yang memancar pesona dibalik kerudung pupus jingga
Aku tahu, rasa cemas akan permudah diriku terjajah
Berdiri ditengah gelisah hanya membuatku kehilangan arah
Dan jika telah datang malammu tanpa bunga mimpi
Aku mulai khawatir dari sini
Didalam doa aku gelar kata-kata
Hanya kepadaNya lah tak dapat ku berdusta
Dibalik tabir hanya ada namamu yang terukir
Hingga seribu syair terasa fasih lembut di bibir
Dan tak terasa Ramadhan lalu terakhir bertemu
Ketika engkau masih berladang, di ujung bendang
Bertani ubi untuk bahan kajian studi
Di tanah setengah lunyah, di bukit belakang sekolah
Semenjak itu aku bermain dalam puisi
Diatas pena imajinasiku berdansa
Bertemakan senyum yang selalu engkau bagi
Yang tak perlu ditabur gula lagi
Anna,
Laksa pucuk perdu Camellia
Ditiup lembutnya desir pawana
Menyentuh sejuk rambutku yang kusut
Menghempas bias kerudungmu yang kontras
Disini aku hanyut laksana seekor semut
Yang teraduk-aduk senyum sembayanmu yang turut larut
Mandailing
Natal, 19 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar