Sabtu, 19 Juli 2014

Anna Aina Roosda

oleh : kang Imam Al-Jabluk

Anna,
Laksa pucuk perdu Camellia
Ditiup lembutnya desir pawana
Menyentuh sejuk rambutku yang kusut
Menghempas bias kerudungmu yang kontras

Kubiarkan asmara merantai membaja
Hingga kerasnya tak dapat lagi ku tempa
Menjadikannya jeruji, lapir bertali
Kala kembara meniti elegi

Telah ku gagahi rimbanya hutan
Telah ku renangi  bentangnya lautan
Namun di sisi sepi aku ketakutan
Akan jawaban yang belum aku tanyakan

Bagaimana mungkin dapat ku usir
Akan seraut wajah yang selalu menyapaku ramah
Yang tersenyum anggun menatapku santun
Yang memancar pesona dibalik kerudung pupus jingga

Aku tahu, rasa cemas akan permudah diriku terjajah
Berdiri ditengah gelisah hanya membuatku kehilangan arah
Dan jika telah datang malammu tanpa bunga mimpi
Aku mulai khawatir dari sini

Didalam doa aku gelar kata-kata
Hanya kepadaNya lah tak dapat ku berdusta
Dibalik tabir hanya ada namamu yang terukir
Hingga seribu syair terasa fasih lembut di bibir

Dan tak terasa Ramadhan lalu terakhir bertemu
Ketika engkau masih berladang, di ujung bendang
Bertani ubi untuk bahan kajian studi
Di tanah setengah lunyah, di bukit belakang sekolah

Semenjak itu aku bermain dalam puisi
Diatas pena imajinasiku berdansa
Bertemakan senyum yang selalu engkau bagi
Yang tak perlu ditabur gula lagi

Anna,
Laksa pucuk perdu Camellia
Ditiup lembutnya desir pawana
Menyentuh sejuk rambutku yang kusut
Menghempas bias kerudungmu yang kontras
Disini aku hanyut laksana seekor semut
Yang teraduk-aduk senyum sembayanmu yang turut larut



Mandailing Natal, 19 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar