Rabu, 23 November 2011

Tahukah Kau Ria?

oleh : kang Imam Al-Jabluk

Malam itu sapaan dinginnya kabut menusuk tulang yang terbalut
Irama gigi yang menggigil dan kulit yang mengerut
Membekukan hati yang gebalau nan kalut
Kemelut hidup bagai baju yang tak pernah rapi dan kusut
Menuntut raga menghibur diri dengan nyanyian-nyanyian bisu namun banyak keluar busa dari mulut
Obor-obor redup, kubangan lahar pun surut
Sejak saat itu tak ada lentera dan aku terkurung, hidupku berantakan bagai terlepas dari ikatan yang melekat di rambut

Sementara jarum jam pun masih menjelajahi angka-angka yang disukai rembulan…
Engkau yang bernama Ria hadir mengubah khayalan abstrak fikiran
Siluet-siluet kehidupan kini seperti begitu nampak

 Kehadiranmu membuyarkan isu-isu khayalan kosong mengisi kehidupan temaram yang panjang
Kini gugusan lamunan semua tertuju padamu seorang
Walau ku tahu mencintaimu berarti harus berperang
Berperang seperti mengulang kisah Ramayana yang bernaskah rumit dengan sekenario yang begitu panjang dan menantang.

Dan panji-panji pun membentang, saatnya aku harus pergi berjuang
Seakan berjuang menjalani drama yang diselimuti renda-renda keangkuhanku dimana aku bisa berubah menjadi seekor serigala bengis dan curang
Dan sewaktu-waktu aku bisa terbunuh oleh tajamnya tikaman anak panah dari bidikan panah ku yang berubah menjadi bumerang.

Ria, perasaanku selalu gelisah dan tak betah berada dirumah
Dindingnya tak mampu melindungi ku dari panas terik yang membakar kecemburuanku,
atapnya tak mampu melindungiku dari terpaan hujan deras yang membasahi tangisan kesedihanku,
dan kekokohannya tak mampu menyembunyikan ku dari terkaman serigala yang akan mencabik-cabik estetika moralku

Aku kan tetap menanti gugusan bintang paksina itu berjatuhan runtuh
Agar aku bisa meraih segudang harapan yang semuanya tertuju padamu
Ria, hanya kau lah yang dapat menolongku hijrah dari tempat perlindungan yang ku anggap asing ini

Ria, tuntunlah aku untuk menuju kehidupanmu yang begitu indah bagai surau kecil ditengah kolam yang mengalir dengan ikan-ikan yang berenang bermandikan susu

Tetapi Ria, aku bertanya kepadamu, kebenaran apa yang meyakinkanku untuk berdiri tegak berjalan dengan pasti menyeberang pada sebuah jembatan kusam nan rapuh yang terbuat dari bambu?
Ketika kucuri cintamu yang mungkin menjadi tabu
Yang kelak semua dosa-dosa akan datang menghampiriku
Yang harus ku telan walau dirasa ketir dan pilu

Lupakanlah…….

Sekalipun kau hanya mimpi ketika ku terjaga dan melahirkan realita-realita yang tidak nyata, Biarlah….
Kan kubiarkan semua asa yang semu nan maya itu menjadi segara
Kelak airnya akan membasuh hatiku yang membara
Ketika aku kehausan diperjalanan menjadi seorang kembara
Yang akan selalu ku sambangi sebagai syair pelipur lara

Tahukah kau ria?
Aku selalu menyibukkan diri dengan membuat sajak dan puisi
Walau setiap bait yang ku bacakan membuat orang menjadi tuli
Meski bukan pujian tapi kebencian yang kau luapkan aku tak peduli
Setidaknya semua itu jadi catatan yang tersimpan di naluri.


Ria, meski kau dan aku berada dirimba yang berbeda tapi kita satu dalam atap langit yang sama.
Mati hari ini, mati hari esok, terkubur dalam satu bumi

Sudah dulu ya Ria……

2 komentar:

  1. Ria takkan pernah tau dan mengerti dengan suguhan diam mu kawan.
    Ria takkan pernah senang dengan keindahan puisi namanya karena dia tidak pernah membacanya.
    berikanlah puisi ini padanya kawan.. plissss...

    BalasHapus
  2. aku menyukai seseorang dan tak ingin aku memaksakan agar ia tahu, aku lebih baik diam dan menghasilkan tulisan2 kesederhanaan bahasa prosa...
    aku juga sadar dengan keadaanku yang tak memungkinkan untuk aku meraihnya...
    biarlah kebisuanku ku jadikan telaga...
    manusia masih sanggup untuk berjalan dengan sebuah kaki...
    tp ide bagus tuh kawan ngasih dia hasil karya yg namanya tercantum didalamnya,,semoga dia menyukai seni...
    terimakasih kawan.

    BalasHapus